MG Internaiment teknologi Perkembangan Internet di Indonesia dan Dunia

Perkembangan Internet di Indonesia dan Dunia

Kebutuhan internet dewasa ini memang semakin penting dengan peningkatan penggunaan yang signifikan. Memang harus diakui, di era globalisasi dimana semua serba digital, internet menjadi salah satu hal yang sangat berpengaruh akan hidup manusia. Mulai dari komunikasi, bisnis, hingga pendidikan pun sekarang ini berbasis internet. Tidak berhenti sampai disitu saja, peningkatan penggunaan internet juga dibarengi dengan meningkatnya pengguna smartphone. Di Indonesia sendiri, penggunaan internet memang ibarat kata sudah menjadi kebutuhan dasar yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Nah, oleh sebab itu, tidak ada salahnya jika kali ini kita membahas tentang perkembangan internet di Indonesia dan segala hal yang berkaitan tentangnya. Check this out!

www.pexels.com

Sejarah Internet di Indonesia

Internet di Indonesia mulai ada di tahun 1988 dimana pengguna awalnya dulu memanfaatkan Compuserve (AS) dan CIX (Inggris) dalam aksesbilitas internet mereka. Selanjutnya, di dekade tahun 1990-an, terdapat pengguna internet yang tergabung dalam komunitas. Kala itu, paguyuban network lah yang dikenal sebagai pengguna jaringan internet tanah air. Di dalamnya terdapat semangat kebersamaan, solidaritas kerjasama, dan rasa kekeluargaan serta sikap gotong royong yang tentunya sangat khas Indonesia. Hal ini tentunya sangat berbeda dengan penggunaan internet di masa sekarang yang mana hanya mementingkan komersial dan kebutuhan individual dalam rangkaian aktivitasnya.

IP alias Internet Protocol di Indonesia memang ditemukan pada tanggal 24 Juni 1988 dan dicatat dalam whois ARIN dan APNIC. IP tersebut didaftarkan pihak Universitas Indonesia dan dapat dijumpai dalam muatan artikel pendek tahun 1989 yang diterbitkan oleh Majalah Elektron ITB dan juga KOMPAS di tahun 1990. Mulailah sejak saat itu, perkembangan internet Indonesia mencatut nama-nama legendaris seperti Muhammad Ihsan, Onno W. Purbo, Suryono Adisoemarta, RMS Ibrahim, Putu, Firman Siregar, Robby Soebiakto, hingga Adi Indrayanto.

Baru di tahun 1994, muncul IndoNet yang merupakan komersial ISP pertama di tanah air. Pimpinan IndoNet kala itu adalah Sanjaya. IndoNet menggunakan sambungan berupa dial-up yang saat itu berlokasi di kawasan Rawamangun. Akses awalnya pun berupa mode teks ber-shell account dengan conference tertuju pada server AIX. Selanjutnya di tahun 1995, baulah Pemerintah Republik Indonesia mengijinkan ISP IndoNet. Begitulah perkembangan sejarah internet yang ada di Indonesia. Menarik, bukan?

www.pexels.com

Indonesia Bisa Disebut Negara Hot Spot

Penyebutan Indonesia sebagai Negara hotpsot ini tidak lepas dari masifnya penggunaan internet tanah air. Hal tersebut disampaikan oleh Vice President Director dari PT Elang Mahkota Teknologi Tbk dan juga President Director dari PT Surya Citra Media Tbk yakni Sutanto Hartono yang dilansir dari Liputan6.com. memang pada kenyataannya, pengguna internet di Indonesia bisa dibilang sangat besar dengan peningkatan dalam pelanggan broadband dari hari ke hari.

Hal ini kemungkinan terjadi karena demografi penduduk Indonesia memang sangat menarik sehingga pengguna internetnya sangat masif. Bahkan, bisa dikatakan jika dalam kurun waktu beberapa tahun ini, peningkatan pengguna internet di Indonesia berlipat sekitar 10 kali dengan jumlah kini sekitar lebih dari 100 juta pengguna. Jika mau dibanggakan lagi, Sutanto Hartono dilansir dari Liputan6.com memang menyebutkan jika dari jumlah tersebut, 120 juta pengguna diantaranya adalah pengguna middle class yang mempunyai kontribusi sekitar US$ 932 miliar. Oleh karena itu, semua bukti ini dapat menjadikan Indonesia layak menyandang negara ‘Hot Spot’.

Menariknya lagi, masih menurut Sutanto, Indonesia juga kini menjadi “Ibu Kota Media Sosial”. Pasalnya, pengguna internet tanah air menempati urutan ketiga terbesar di dunia dengan pertumbuhan masif Year on Year menempati peringkat keempat. Tentunya hal ini akan semakin baik lagi jika dibarengi dengan peningkatan kualitas akses internet yang tidak hanya di kota besar tanah air, tapi juga merata sampai ke pelosoknya.

www.pexels.com

Akses Internet Murah, Kualitas Masih Lemah

Salah satu faktor yang mendasari masifnya penggunaan internet tanah air mungkin karena murahnya akses internet. Menurut Sutanto yang masih dilansir dari Liputan6.com, biaya prabayar mobile broadband di Indonesia menempati posisi termurah jika dibandingkan dengan Vietnam, Thailand, dan juga India.

Sayangnya, kemurahan biaya akses ini tidak diimbangi dengan kualitas kecepatan broadbandnya. Sekadar informasi saja, saat ini kualitas akses internet di tanah air sekitar 9,7 Mbps. Tentunya jika mau dibandingkan, kecepatan tersebut sangat jauh dari Singapura yang dapat mengakses internet hingga 49,9 Mbps dan juga dari Korea Selatan dengan capaian akses hingga 41,2 Mbps.

www.pexels.com

Alasan Kenapa Internet di Indonesia Lambat

Mungkin ada diantara kalian yang bertanya-tanya, mengapa akses internet di Indonesia tergolong lambat? Nah, silahkan simak alasan-alasan yang melatarbelakanginya di ulasan yang dilansir dari Hipwee.com berikut ini ya!

  1. Dukungan Infrastruktur yang Belum Memadai

Kecepatan koneksi sebuah internet nyatanya memang membutuhkan infrastruktur yang mumpuni. Tentunya infrastuktur yang bagus juga membutuhkan biaya yang mahal. Di Indonesia sendiri, bisa dibilang infrastruktur komunikasi kita masih tergolong belum secanggih Negara maju sehingga menyebabkan lambannya koneksi kita. Hal ini memang bisa dimaklumi karena membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk membangun jaringan kabel hingga tower sebagai bagian dari infrastrukturnya.

  1. Kondisi Geografis

Selain biaya, lambatnya koneksi internet juga bisa disebabkan karena kondisi geografis kita. Pasalnya, Indonesia memang merupakan Negara dengan kawasan berbukit-bukit yang sejatinya memang cukup menantang dalam memperluas pembangunan jaringan internet dan infrastrukturnya. Tentu bisa dibayangkan betapa banyak biaya dan akses yang diperlukan untuk sebuah provider membangun tower baru di kawasan terpencil. Selain kendaraan, arus material, hingga energi listrik, terbatasnya biaya juga mungkin menjadi kendala.

  1. Butuh Biaya Lebih untuk Akses Situs Luar Negeri

Jika kamu ingin mengakses website yang berasal luar negeri, misalnya saja Facebook, Twitter, dan Instagram, tentu kita membutuhkan biaya lebih. Pasalnya, server website tersebut terletak di luar negeri yang mana untuk mengakses ke sana, dibutuhkan biaya yang lumayan mahal. Dilansir dari tipstek.com, biaya berlangganan koneksi internasional untuk per 1 Mpbs saja dapat mencapai 100 USD lho.

  1. Biaya Hak Penggunaan Frekuensi yang Tinggi

Selain biaya insfrastruktur dan operasional, ada pula biaya penggunaan Frekuensi yang bisa dikatakan juga tinggi. Mungkin inilah yang menyebabkan tidak terlalu cepatnya internet kita. Biaya Hak Penggunaan Frekuensi merupakan biaya yang sejatinya disetor pada Pemerintah saat menggunakan frekuensi entah itu radio, tv, atau internet. Biaya ini sudah menjadi sumber pendapatan negara yang potensinya sangat mumpuni lho. Jadi bisa dibayangkan berapa banyak uang yang harus disetor pihak provider untuk mengakses frekuensi ini.

www.pexels.com

Kelebihan Internet Indonesia yang Jarang Diketahui

Meski termasuk lambat dan tidak secepat Singapura, tapi ternyata kita patut bersyukur tinggal di Indonesia. Pasalnya, di saat kita dapat menikmati paket internet yang termasuk murah, namun ada beberapa saudara kita di Negara lain yang harus membayar sangat mahal untuk sebuah paket internet. Sebut saja di negara Afrika dimana internet masih merupakan produk langka disana. Seseorang bisa menghabiskan sekitar 1,3 juta rupiah per bulannya untuk internet saja di daerah Gambia. Sedangkan di Ethiopia, uang yang dikeluarkan lebih banyak lagi, yakni sekitar 2,6 juta rupiah per bulan.

Tidak perlu jauh-jauh mengambil contoh. Negara tetangga kita, Myanmar, juga memberikan tariff internet per bulan sekitar 1,6 juta rupiah sedangkan Uzbekistan sekitar 1,71 juta rupiah. Bandingkan dengan paket internet kita, sebut saja Paket Internet Telkomsel, yang hanya sekitar 100 ribu rupiah per bulan? Nah, apakah kita masih tidak bersyukur? Semoga bermanfaat ya.

Related Post